Rabu, 27 Februari 2008

Kebangkitan Putra Indonesiaku

BANGKITLAH PUTRA INDONESIAKU

Ali Shariati pernah mengemukakan pendapat bahwa seorang pemikir yang hendak membentuk suatu mazhab pemikiran yang kuat setidaknya harus menguasai tiga pengetahuan utama, yaitu mengenai manusia, masyarakat dan sejarah. Tema manusia diarahkan pada pembahasan makna dan kebenaran manusia itu dari sudut pandang filosofis dan ideologis; kemudian pembahasan mengenai masyarakat atau sosiologi diarahkan pada pembahasan mengenai pengalaman-pengalaman tentang masyarakat dan tiap interaksi yang terjadi di dalamnya. Yang ketiga adalah memahami filsafat sejarah sebagai konsep, kebenaran, gerakan, dan tujuan yang diiringi dengan penempatan kajian sejarah klasik secara tepat, sehingga bisa menjadi inspirasi hidup bagi masa sejarah sekarang dan masa depan. (Kidung Peziarah, Perjalanan memaknai kehidupan)

Kartini pernah mengatakan “Pendidikan, sekali lagi Pendidikan adalah jalan keluar bagi semua masalah dan kesengsaraan bangsa.” Kartini yang masih muda waktu itu tahu Belanda sengaja menelantarkan pendidikan karena itulah kunci utama untuk melemahkan sebuah Bangsa Indonesia. Sedangkan Soekarno menunjukkan bahwa yang mampu melepaskan bangsa dari jerat imperialisme hanyalah pendidikan unggul yang mampu membangkitkan semangat, energi, dan kegagahan rakyat yang dahsyat. Pembelajaran yang unggul ini lalu juga dibakar oleh keinginan untuk merdeka, menghasilkan daya belajar yang dahsyat.

Sebuah Kebangkitan Besar berujung pada satu hal. Revolusi pembelajaran berskala kualitas dan intensitas yang tinggi akan menciptakan berjuta manusia unggul. Belajar, akan menjadi fokus utama dari seluruh upaya bangsa, semua pemimpin dan rakyatnya.

Kadang revolusi besar dalam sebuah lembaga dipicu oleh beberapa “manusia istimewa” , tapi mereka bukanlah Ratu Adil yang “turun dari langit”, melainkan hasil dari akumulasi beberapa proses pembelajaran yang akhirnya mengkristal. Tantangan kritis yang terjadi (biasanya diawali oleh sebuah ancaman besar yang akan terjadi) justru mempertajam kepekaan sosial dan akan mendorong seseorang untuk belajar dan berjuang habis-habisan, bahkan dalam skala yang tergolong heroik. “Manusia istimewa” ini lalu berjuang mentransfer segala ilmu, budaya dan kinerja unggul mereka kepada seluruh civitas yang dinaunginya. Hasil yang bisa didapat antara lain masyarakat baru yang berpengetahuan tinggi, kreatif, optimis, mampu merespons tantangan, memanfaatkan teknologi, memiliki keeratan sosial dan daya juang yang unggul. Energi yang diakumulasikan dari semua itu bisa menghasilkan sesuatu yang begitu dahsyat, tidak saja 1001 masalah yang tadinya terkunci rapat akan mulai terurai, tapi juga akan mulai dapat mengalahkan keberadaan lembaga lain yang notabene juga merupakan pesaing.

Inilah inti kebangkitan dari suatu peradaban. Hanya dari proses yang (saya anggap) besar inilah suatu Kebangkitan Besar akan terjadi. Cara memulainya mudah, semua peradaban besar haruslah belajar dari proses kebangkitan peradaban besar lainnya dan kebesarannya dimasa lalu. Lalu proses belajar unggulnya diakselerasikan sampai akhirnya jumlah dan kualitas manusia-manusia unggul akan mencapai titik kritisnya.

Seperti sebuah peradaban besar lainnya, Putra Indonesia juga akan belajar, termasuk dari jaman kegelapannya. Kita dulu pernah mengalami Kebangkitan Besar. Sekarang kita bisa mulai kembali belajar dari lembaga lain yang masih eksis keberadaannya atau yang dulu kecil sekarang sudah menjadi besar. Satu hal yang sangat penting, bila kita dapatkan esensi dari semuanya, bukan tidak mungkin kebangkitan diri kita yang akan datang bahkan jauh lebih besar dari sebelumnya.

Marilah kita sambut sebuah Zaman Baru, Era Baru, dan Peradaban Baru. Inilah saatnya Putra Indonesia kembali belajar berlari. Bangkitlah Putra Indonesia ... inilah saatnya Kebangkitan Besar Kita Semua.

Tulisan ini aku dedikasikan untuk Putra IndonesiaKu, “Manusia-Manusia Istimewa”, dan yang akan mengikuti jejak ‘tuk menjadi “Manusia Istimewa” demi kemajuan Putra IndonesiaKu (semoga warga PI-M ada yang baca).

1 komentar:

Mas Guru mengatakan...

mas Guru setuju dengan pendapet sampeyan Om. Cuma jangan lupa, selaen mikir metoda pembelajaran unggul, kita juga mesti mikir manusia Endonesya yang bagaimana yang mau dicapai oleh sebuah lembaga pendidikan.
Soalnya, konon, kualitas SDM kita ini tergolong rada ndak mutu dibandingken SDM luar negeri. Akibatnya, nasib bangsa ini suka menjadi bola permaenan fihak laen.
Kurang mandiri dan kurang percaya diri,gitu loh !
Oleh karena itu om, menurut mas Guru, kita juga harus segera merumusken kira-kira manusia Endonesya bagaimana ya yang sekiranya bisa eksis untuk menghadapi zaman global ini.

Nah, setelah manusia Endonesya itu kita rumusken, kemudian kita bisa mikir sekolahnya, gurunya, metode mengajarnya atau manajemen sekolahnya harus yak apa.

Begitu kira-kira Om.

http://rohadieducation2.blogspot.com.